• Setealah Anda menemukan tag diatas, salin script dibawah ini tepat diatas/sebelumnya KISAH PEMINTA KOIN DI GROBOGAN

6/30/2015

KISAH PEMINTA KOIN DI GROBOGAN

Dokpri: Seorang pemuda di Tegowanu meminta koin kepada pengemudi

Menjelang lebaran merupakan momen yang tepat untuk perbaikan infrastruktur jalan raya. Pendsitribusian anggaran yang di gedog bulan april kepada konsultan maupun kontraktor harus kerja ekstra untuk menuntaskan segala proyek perbaikan jalan. masyarakat memanfaatkan perbaikan jalan untuk mengatur lalu lintas dan meminta koin recehan maupun ribuan.


Ribuan pemudik yang akan pulang ke kampung halaman diberikan fasilitas jalan yang mulus agar pengendara makin nyaman. Pemikiran ini harus dirubah mengarah kepada kenyamanan dan keselamatan pemudik, dengan cara memperbaiki transportasi umum.

Banyaknya perbaikan jalan sepanjang jalur Blora-Purwodadi membuat jarak tempuh semakin lama. Momen ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengatur buka tutup jalan raya, agar tidak terjadi kemacetan. Pengatur jalan dadakan ini masyarakat menyebutnya dengan pak Ogah.

Dokpri: Berteduh dari teriknya panas matahari
Ketika melintas diperbaikan jalan pengemudi setidaknya menyiapkan koin recehan atau selembar ribuan, sekedar tip untuk pengatur jalan. Semangat membantu kontraktor perbaikan jalan semula adalah sukarela. Koin tip dari pengemudi dimanfaatkan untuk membeli minum dan gorengan unutuk pekerja.

Kini semangat itu berubah, menjadi komersialiasasi. Peminta koin recehan tidak lagi seramah dulu, mereka bekerja untuk uang bukan. Pengemudi yang tidak memberikan koin receh atau ribuan kini harus menerima buli atau cemoohan. Padahal tidak semua pengemudi siap dengan uang koin, atau uang kecil. Lagipula tidak semua pengemudi sepelit apa yang pengatur jalan pikirkan.

Cemoohan bertubi-tubi oleh pengatur jalan seperti
“Sugeh kok pelit, nek modar arep dipendem dewe ya”
“Ki jamane wes merdeka bos, orak hormat terus” (padahal mengangkat tangan mohon maaf karena tidak bisa member koin)
“Matur suwun orak di wenehi”
“Piye bos nggo tuku mangan ki”
“Nek orak diwenehi receh orak tak bukake, macet yo ben urusanmu”

Dokpri: Buka tutup lajur agar tidak terjadi kemacetan lalu lintas
Kalimat-kaliamt diatas menunjukkan ketidak ramahan pengatur jalan yang baru diperbaiki. Bahkan diantara pengemudi sampai turun dari mobil hingga terjadi cekcok. Dan ada juga pengemudi yang tidak memberikan koin, mobilnya harus menjadi sasaran goresan ember koin dan besi.

Ada dua sif yang diberlakukan para penjaga buka tutup pintu, mereka di koordinir oleh penguasa wilayah setempat. Hasil per sift mereka bisa mendapatkan 500.000-1.000.000 hasilnya mereka bagi untuk seluruh tim.

Kelemahan sistem pekerjaan proyek pembangunan jalan adalah terlalu lama dan ini kurang praktis karena merugikan banyak pihak. Bayangkan pembangunan jalan yang jaraknya hanya satu kilometer harus memakan waktu tiga bulan. Padahal di Singapura membangun gedung 15 lantai hanya membutuhkan waktu dua bulan saja.

Di Jakarta para kontraktor sudah menggunakan inovasi baru dengan menggunakan semen beton yang dapat digunakan hanya dengan waktu 10 jam setelah pengecoran. Selama ini semen yang dipakai para kontraktor jalan raya membutuhkan waktu minimal 14 hari dan maksimal 28 hari untuk bisa digunakan. Dan ini sangat tidak efesien, merugikan banyak pihak.

Semen inovasi baru itu dinamakan Speed Crete yang dikeluarkan oleh Holcim(kompas.com) harganya 3 juta per meter kubik. Dengan inovasi baru ke depan tidak ada kemacetan yang berkepanjangan, dan tidak ada pengusaha yang dirugikan karena keterlambatan pengiriman barang.

Bagi para pengemudi siapkan recehan saat melintas diperbaikan jalan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. semoga bermanfaat.

Grobogan, 29 Juni 2015
 Setiawan Widiyoko

No comments:

Post a Comment

Komentar anda sangat bermanfaat